Selasa, 28 Mei 2013

perbandingan hadist qudsiy dan hadist nabawi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Hadist merupakan segala ucapan, perbuatan, dan taqrir Rasullullah SAW yang bisa dijadikan dalil hukum syar’i. Hadist memiliki kedudukan yang penting, selain sebagai salah satu dasar hukum Islam selain al-Qur’an, hadist juga berfungsi untuk menetapkan dasar-dasar hukum yang tidak ada di dalam al-Qur’an, misalnya hukum tentang saudara sesusuan.
Karena kedudukan hadist yang sangat penting bagi orang-orang Islam. Oleh karena itu, sejak zaman Rasullullah, para sahabat berinisiatif untuk menjaga kelestarian hadist. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran para sahabat terhadap eksistensi hadist yang mungkin suatu waktu orang-orang Islam akan melupakan hadist Nabi. Dengan cara menghafal dan menulisnya, hadist Nabi bisa tetap lestari hingga saat ini.
                        Hadist dalam perkembangannya digolongkan kedalam beberapa kriteria, diantaranya dilihat dari kepada siapa hadist tersebut dinisbatkan. Menurut sumbernya, hadist digolongkan menjadi dua macam, yakni hadist Qudsiy dan hadist Nabawi. Keduanya (hadist Qudsiy dan hadist Nabawi) memiliki ciri-ciri tertentu. Agar lebih jelas kepahaman kita tentang hadist Qudsiy dan hadist Nabawi, makalah ini kami susun guna untuk menjelaskan tentang pengertian kedua hadit tersebut. Selain itu, dengan melihat contoh-contoh hadist yang kami paparkan, diharapkan kita dapat mengetahui ciri ataupun karakter dari kedua hadist tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud hadist Qudsiy?
2.      Apakah yang dimaksud hadist  Nabawi?
3.      Bagaimana persamaan dan perbedaan antara hadist Qudsiy dan hadist Nabawi?
4.      Apakah perbedaan hadist Qudsiy dengan al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Hadist Qudsiy
Ditinjau dari segi bahasa, kata “qudsi” dari qadusa, yaqdusu, duqsan, artinya suci atau bersih. Makna kata hadist Qudsiy, artinya hadist yang suci. Dari sudut terminologis, kata hadist Qudsiy, terdapat beberapa definisi dengan redaksi yang sedikit berbeda-beda, akan tetapi essensianya pada dasarnya sama, yaitu sesuatu yang diberitahukan Allah SWT kepada Nabi SAW, selain al-Qur’an, yang redaksinya disusun oleh Nabi sendiri. Untuk lebih jelasnya, beberapa definisi tersebut dapat dilihat dibawah ini.
Menurut Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, memberikan definisi hadist Qudsiy sebagai berikut
كُلُّ حَدِيْثٍ يُضِيْفَ فِيْهِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْلاً إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Hadist Qudsiy ialah setiap hadist yang disandarkan oleh Rasullulah SAW., dalam bentuk perkataan kepada Allah azza wajalla.

Sedangkan menurut Shaih, sebagaimana dikutip oleh H. Mudasir menyebutkan
مَااَخْبَرَ اللهُ نَبِيَّهُ بِالْإِلْهَامِ اَوْ بِاالْمَنَامِ فَأَخْبَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذَلِكَ الْمَعْنَى بِعِبَارَةِ نَفْسِهِ.

Sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau.
                        Hadist Qudsiy ini biasanya bercirikan sebagai berikut:
a.       Ada redaksi hadist qala atau yaqulu Allahu
b.      Ada redaksi fi ma rawa atau yarwihi ‘anillahi tabaraka wa ta’ala
c.       Dengan redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai penyebutan rawi yang yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat.
Adapun beberapa contoh hadist yang tergolong sebagai hadist Qudsiy adalah sebagai berikut;
a.       Hadist Qudsy tentang akhlak
عَنْ علٍيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللهَ تَعَالَى: اِشْتَدَّ غَضَبِي عَلَى مَنْ ظَلَمُ مَنْ لاَ يَجِدُ لَهُ نَاصِرًا غَيْرِيْ.(الطبراني)
Dari Ali r.a. dia berkata: telah bersabda Nabi SAW: Allah SWT berfirman: “Aku sangat murka kepada orang yang melakukan kedzaliman (menganiaya) terhadap orang yang tidak ada pembelanya selain Aku.”(H.R. ath-Tabrani).
b.      Hadist Qudsiy tentang aqidah
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللهُ عَزَّوَجَلَّ: يُؤْذِيْنِ ابْنُ ادَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَاَنَا الدَّهْرَبِيَدِى الاَمْرُ اُقَلِّبُ اللَّيْلِ وَ النَّهَارَ. (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : "Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Anak Adam (manusia) menyakiti Aku dengan mencaci maki tahun, dan Akulah tahun. Dan di tangan Akulah segala urusan, Aku balik siang dan malamnya". (HR. Bukhari).


c.       Hadist  Qudsiy tentang kebesaran Dzat Allah
عَنْ جُنْدُ بٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَ اَنَّ رَحُلًا قَالَ: وَاللهِ لاَ يَغْفِرُ اللهُ لِفُلّانٍ وَاِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَالَّذِى يَتَاعَلَيَّ اَنْ لاَاَغْفِرَ لِفُلّانٍ, فَإِنِّى قُدْ غَفَرْتُ لِفُلّانٍ, وَاَبَطْتُعَمَلَكَ,اَوْ كَمَا قاَلَ.(اخرخه مسلم)             


Dari Jundub r.a bahwasannya Rasullullah SAW bercerita bahwa seseorang berkata: “Demi Allah, Allah tidak mengampuni Fulan”. Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Siapakah yang bersumpah atas Ku bahwa Aku tidak mengampuni Fulan dan aku menghapus amal atau seperti apa yang ia ucapkan”. (hadist ditakhrij oleh Imam Muslim).

2.      Pengertian Hadist Nabawi
Yang dimaksud hadist Nabawi menurut H.A. Djalil Afif ialah hadist yang disandarkan kepada selain Allah azza wajalla.
Contoh
مَارَوَاهُ سَهْلُ بْنُ ضَيْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللهُ تَعَلَى الشَّهَادَةَ بِصِدْقِ بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاء وَإِنْ مَاتَ عَلَى فَرَشَهُ (رواه مسلم)

Apa yang diriwayatkan oleh Said bin Daf r.a, sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda, barang siapa yang memohon kepada Allah ta’ala tentang kesaksian kebenaran, maka Allah menyampaikan padanya tempat syuhada, sekalipun dia mati diatas kudanya. (HR. Muslim)
Jadi, yang dimaksud hadist Nabawi adalah semua hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik perkataan (qauli), perbuatan (fi’li), maupun ketetapan (taqrir) beliau.
Berikut ini adalah beberapa contoh hadist Nabawi, baik itu hadist qauli, fi’li, maupun taqrir.

a.       Hadist Qauliyah
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثَلاَثُ دَعَوَاتِ مُسْتَجَبَاتٌ لاَشَكَّ فِيْهِنَّ, دَعْوَةُ الْمظْلُوْمِ وَدَعُوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعُوَةُ اَلْوَلَدِ عَلَى وَلِدِهِ (رواه الترمدى)
Abu Hurairah r.a berkata, bahwa Rasullullah SAW bersabda, “Ada tiga do’a yang mustajab dan tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang berpergian, dan kedua orang tua kepada anaknya” (H.R. Turmudzi)
b.      Hadist Fi’liyah
عَنْ عَبْدِ اللهِ عُمَرَ قَالَ :رَأَيْتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَ قَامَ فِىْ الصَّلاَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يَكُوْنَا حَدَوْ مَنْكِبَيْهِ وَكَا نَ يَفْعَلُ ذَلِكَ حِيْنَ يُكْبَرُ الرُّكُوْعِ وَ يَفْعَلُ ذَلِكَ إِذَ رَفَعَ رأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ وَ يَقُوْلُ "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِيْدَه" وَلاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السُّجُوْدِ (رواه البخاري)
            Dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata: “Aku melihat Rasullullah SAW, apabila beliau berdiri melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya setentang kedua bahunya, dan hal tersebut dilakukan beliau ketika bertakbir hendak ruku’, dan beliau juga melakukan hal itu ketika bangkit dari ruku’, seraya membaca “sami’allahu liman hamidah”. Beliau tidak melakukan hal itu (yaitu mengangkat kedua tangan) ketika sujud. (H.R. Bukhari)


c.       Hadist Taqririyah
عَنِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهمَاُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الأَحْزَاب: لاَ يُصَّلِّيَنَ أَحَدُ الْعَصْرِ اِلاَّ فِى بَنِى خُرَيْضَة, فَأَدْرَكَ بَعْضُهُمْ الْعَصْرَ فِى الطَّرِيْقِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لاَ تُصَلِّى حَتَّى تأْتِيْهَا وَقَالَ: بَعْضُهُمْ بَلْ نُصَلٍّى لَمْ يُرِدْمِنَّا ذَلِكَ فَذُكِّرَ لِلنَّبِيُّ صَلَي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُعَتِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Umar r.a, dia berkata: “Nabi SAW bersabda pada hari peperangan Ahzab, ujar beliau: “Janganlah seorang pun melakukan shalat ashar, kecuali di perkampungan Bani Quraidzah. Maka sebagian sahabat melaksanakan shalat ashar di perjalanan, sebagian mereka berkata: “kami tidak melakukan shalat sehingga kami sampai di perkampungan tersebut”. Dan sebagian yang lain mengatakan, “justru kami melakukan shalat (pada waktunya), (karena) beliau tidak memaksudkan yang demikian kepada kami”. Kemudian perbedaan tersebut disampaikan kepada Nabi SAW, dan beliau tidak menyalahkan siapapun diantara mereka” (H.R. Bukhari).

3.      Perbandingan Antara Hadist Qudsiy dan Hadist Nabawi
a.       Persamaan hadist Qudsi dan hadist Nabawi.
Baik hadist Qudsiy maupun hadist Nabawi, pada dasarnya keduanya bersumber dari wahyu Allah SWT. Hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat an-Najm ayat 3-4 yang berbunyi:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيُ يُّوْحَى.

Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Selain itu, redaksi keduanya  (hadist Qudsiy dan hadist Nabawi) disusun oleh Nabi SAW. Jadi, yang tertulis itu semata-mata ungkapan atau kata-kata Nabi sendiri.
b.      Perbedaan hadist Qudsiy dan hadist Nabawi
Perbedaan hadist Qudsiy dan hadist Nabawi, dapat dilihat pada sudut sandarannya, nisbatnya, dan jumlah kuantitasnya.
Pertama, dari sudut sandarannya, hadist Qudsiy disandarkan kepada Nabi SAW dan kepada Allah SWT, sedangkam hadist Nabawi hanya disandarkan kepada Nabi SAW saja. Dengan demikian, maka dalam mengidentifikasinya, pada hadist Qudsiy terdapat kata-kata, seperti:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ.
Rasul SAW telah bersabda, sebagaimana yang diterima dari Tuhannya.
Atau kata-kata:
قَال رَسُوْلُ اللهِ ص م قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.

Rasul SAW telah bersabda: “Allah SWT berfirman”
Kedua, dari sudut nisbatnya, hadist Qudsiy, maknanya dinisbahkan kepada Allah SWT dan redaksinya berasal dari Nabi SAW. Sedangkan hadist Nabawi dinisbahkan kepada NabiSAW, baik redaksi maupun maknanya.
Ketiga, dari sudut kuantitasnya, jumlah hadist Qudsiy jauh lebih sedikit daripada hadist Nabawi. Dalam hal ini tidak ada yang memberikan hitungan secara pasti tentang berapa jumlahnya. Ada yang menyebutkan bahwa  jumlahnya lebih dari100 buah. Muhammad Tajuddin al-Manawi al-Haddadi dalam karyanya al-Ahadist al-Qudsiyah menghimpun hadist-hadist Qudsiy sebanyak 272 buah hadist. Dalam sebuah karya yang berjudul al-Qudsiyah yang menghimpun hadist-hadist Qudsi dari tujuh kitab hadist (yaitu al-Muaththa, Malik, Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Turmudzi, Sunan a an-Nasa’I dan Ibn Majah) terhimpun hadist Qudsi sebanyak 384 buah hadist.

4.      Perbedaan Hadist Qudasiy dan Al-Qur’an
Baik hadist Qudsiy maupun al-Qur’an, keduanya bersumber atau datang dari Allah SWT, oleh karena itu hadist Qudsiy ini disebut juga hadist ilahi.
Perbedaan hadist Qudsiy dan al-Qur’an
a.       Semua lafazh al-Qur’an adalah mutawatir, terjaga dari perubahan dan penggantian karena ia mu’jizat, sedangkan hadist Qudsiy tidak demikian.
b.      Al-Qur’an, redaksi dan maknanya langsung dari Allah SWT, sedangkan hadist Qudsiy maknanya dari Allah SWT dan redaksinya dari Nabi SAW.
c.       Dinilai ibadah bagi yang membaca al-Qur’an, sementara pada hadist Qudsiy tidak.
d.      Al-Qur’an bisa dibaca untuk shalat,sementara pada hadist Qudsiy tidak demikian.
e.       Ketentuan hukum bagi al-Qur’an tidak berlaku pada hadist Qudsiy, seperti larangan membacanya bagi orang yang berhadast, baik kecil ataupun besar.












BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami susun, dapat kami simpulkan bahwa:
·         Hadist Qudsiy ialah setiap hadist yang disandarkan oleh rasullulah SAW., dalam bentuk perkataan kepada Allah azza wajalla.
·         Hadist Nabawi adalah semua hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik perkataan (qauli), perbuatan (fi’li), maupun ketetapan (taqrir) beliau.
·         Persamaan hadist Qudsi dan hadist Nabawi.
o   Baik hadist Qudsiy maupun al-Qur’an, keduanya bersumber atau datng dari Allah SWT
·         Perbedaan hadist Qudsiy dan hadist Nabawi
o   Hadist Qudsiy disandarkan kepada Nabi SAW dan kepada Allah SWT, sedangkam hadist Nabawi hanya disandarkan kepada Nabi SAW saja
o   Hadist Qudsiy, maknanya dinisbahkan kepada Allah SWT dan redaksinya berasal dari Nabi SAW. Sedangkan hadist Nabawi dinisbahkan kepada NabiSAW, baik redaksi maupun maknanya
o   Jumlah hadist Qudsiy jauh lebih sedikit daripada hadist Nabawi.
·         Perbedaan Hadist Qudaiy dan Al-Qur’an
o   Semua lafazh al-Qur’an adalah mutawatir, terjaga dari perubahan dan penggantian karena ia mu’jizat, sedangkan hadist Qudsiy tidak demikian.
o   Al-Qur’an, redaksi dan maknanya langsung dari Allah SWT, sedangkan hadist Qudsiy maknanya dari Allah SWT dan redaksinya dari Nabi SAW.
o   Dinilai ibadah bagi yang membaca al-Qur’an, sementara pada hadist Qudsiy tidak.
o   Al-Qur’an bisa dibaca untuk shalat,sementara pada hadist Qudsiy tidak demikian.
o   Ketentuan hokum bagi al-Qur’an tidak berlaku pada hadist Qudsiy, seperti larangan membacanya bagi orang yang berhadast, baik kecil ataupun besar.

Tidak ada komentar: